001
CAHAYA MALAM
Di antara Bumi dan Rembulan
ada cahaya menawan
kutahu pasti tak menghangatkan
namun darah ‘kan ia hitamkan
kami buas serigala-serigala malam
bergerombol menari dalam kelam
perlahan, menunggu aksi kejam
persiapkan taring-taring tajam
bagi mereka hanyalah naluri alam
bukan kesenangan, hanya kebutuhan
makanan yang disediakan Sang Pencipta Malam
berdoa dalam keheningan
terpecah oleh auman
darah-darah tercurahkan
binatang ternak bukanlah korban
hanya takdir yang tersampaikan
manusia lebih kejam
kata mereka dalam diam
satu konvoy tentara mati
atau selebriti kaya mati
mana yang mereka tangisi
pembantaian pada kami
mereka sebut hobi
rumah kami mereka tanami
terkadang menjadi jalanan
atau gedung pameran
di mana saudara kami diawetkan
dengan bangga dipertontonkan
Tinta Angkara
Negeri Saba, 8 Januari 2019
002
KOPI PAHIT RINDU
seperti udara
kau hembus menggoda
berulang kali
mengharap rindu ‘kan pergi
lalu datang secangkir kopi
kau nikmati sendiri
dalam elegi puisi
begitu bangga kau akhiri
tanpa sesendok gula
yang manis menyakiti
tanpa cinta
yang kau benci
inilah kemenanganmu
menghina kekalahanku
dalam makam kesendirian
rebahkan peluh pelarian
tenang saja, Sayang
aku tak mengalah, bukan
aku hanya lelah … mencintai
dirimu yang mengharapkanku … mati
Tinta Angkara
Negeri Saba, 20 Januari 2019
003
DUNIA ANGKARA
lepaskan amarahmu
luapkanlah birahimu
tikam aku semaumu
biar luka puaskanmu
pada dendam yang kaupendam
darah mayatku semakin menghitam
demi sebuah pembelaan
hati yang kupermainkan
namun sayang
tak bisa engkau menghancurkan
sesuatu dalam ketiadaan
maka teruslah berjuang
hingga busuk menusuk
kunantikan matamu mengantuk
akan kubelai berat bebanmu
rebahkan dalam pelukku
nyamankan angkaramu
pada lelapmu yang pilu
lalu kurebut perlahan
jiwa kelam yang kaupertahankan
esok pagi kubangunkan
kuucapkan selamat datang
pada indah dunia
tanpa jiwa
Tinta Angkara
Negeri Saba, 20 Januari 2019
004
KUMBANG KOTORAN
adakah sunyi yang paling sepi
selain aku tanpa dirimu
tiada wanita bisa kuikuti
mereka tak miliki indah tubuh itu
begitu sempurna
andai bisa kuraba
harummu yang kupuja
semerbak putik menggoda
meski aku bukan lebah madu
yang selama ini kaunanti
hanya kumbang kotoran merindu
pada kenikmatan tabu nan sejati
apa yang akan terjadi
bila kau kutikam mati
akankah engkau kumiliki
atau tinggalkanku sendiri
adakah cara bahagiakan kamu
dengan hinaku warnai kelabu
mengapa engkau selalu
memaksaku … rindu
Tinta Angkara
Negeri Saba, 24 Januari 2019
005
DI TANGANMU KEKASIHKU
masihkah kamu
memendam rindu
pada indah masa lalu
kisah yang membuatku cemburu
meski aku selalu menemani
semua takkan pernah berarti
bila hati yang selalu kunanti
terjebak mati pada mayat yang kubenci
haruskah kubawakan jasadnya
agar kau percaya ia t’lah tiada
lalu untuk apa lagi engkau mencinta
kutawarkan diri sebagai penggantinya
demi basah tanah makam tuanmu
sungguh aku tak ingin sakitimu
alasan apa aku membunuhnya
bila tidak untuk mendapatkanmu, Cinta
tak ingin aku melihatmu bersama
meski berdua bahagia di neraka
hentikan tangismu yang sendu itu
aku pun akan mati tinggalkanmu
kumau
hanya jika melalui tanganmu …
kekasih
janganlah bersedih
kini, engkaulah aku
Tinta Angkara
Negeri Saba, 25 Januari 2019
006
LAUTAN KEBOHONGAN
kuarungi lautan
mengharap kebenaran
namun yang kudapatkan
hanya samudra kebohongan
terus mendayung kehidupan
hingga hilang arah haluan
seketika datang secerca pengharapan
satu fakta mengejutkan
satu pulau di mana Iblis bersemayam
di mana siang memuja malam
sang raja dari segala raja kejujuran
tanpa ragu ia mengatakan
“Semua yang kulakukan
hanyalah takdir yang kujalankan”
tanpa sedikitpun pempertanyakan
karena sungguh cukup pengetahuan
imannya begitu tinggi
tak satupun ia pungkiri
cinta yang paling hakiki
menguatkan hati
Tinta Angkara
Negeri Saba, 26 Januari 2019
007
DIA KEKASIHKU
seakan melagukan rindu
ia berjalan dengan wajah sendu
satu tujuan yang tak pasti
karena kekasihnya entah di mana kini
darah masih membasah
selepas luapkan amarah
memanggil nama yang sama di tiap langkah
lirih suara membisik di sela desah yang resah
“Apakah tiada seorang ‘kan datang?”
tanya betina itu pada dalamnya jurang
gaung suara pun menghampiri
menjawab tentang hujan dan sakit hati
tapi bukan kekasihnya sayang
kekecewaan setajam karang
merobek asa dalam kekosongan
mata-mata di langit memandang
sesosok jasad mencari tanpa arti
kekasih yang ia gantung sendiri
“Maaf, aku hanya terlupa,” katanya
seiring melepaskan pijakannya
terbanglah kekasih
aku masih menunggu meski perih
kejatuhan yang engkau harapkan
peluk dan ciumku dari tanah kematian
Tinta Angkara
Negeri Saba, 31 Januari 2019
008
SOSOK TANPA JIWA
tanpa cinta
kau torehkan luka
tanpa rindu
kau membunuhku
ketika datang saat bahagia
kau tinggalkanku begitu saja
memang salahku tak jujur padamu
namun tanpa itu mana mungkin kita bersatu
pernah menyatu
berkat ketidaktahuanmu
akan diriku
yang terlahir dengan empati semu
tiada nyawa yang berharga
kecuali dirimu yang kupuja
dan kini tinggalah dahaga
jerumuskanku pada satu masa
kembali pada dunia lama
tanpamu juga semua rasa
di mana aku menjadi
sosok tanpa hati
kesendirian ini
membuatku berpikir lagi
apa benar engkau berarti
mungkin sebaiknya kau mati
Tinta Angkara
Negeri Saba, 3 Februari 2019
009
SAYAP-SAYAP PALSU
datanglah kekasih
tanpa secarik tangis
semoga rindumu belum terkikis
karena senja mulai sajikan gerimis
aku berdiri di gedung tertinggi
sekejap menjadi enam kaki
di bawah tanah nanti
andai kau tak datang sore ini
bukan bunuh diri, Sayang
hanya lelah memandang
dirajam kekecewaan
yang engkau sengajakan
kebodohan semata
hilang akal jua
cinta membuat gila
namun aku tak merasa
kubayangkan
kau lambaikan tangan
melayang-layang
penuh pengharapan
datang jua kekasih hati
kulangkahkan kaki
terbang bersamamu
kepakkan sayap-sayap palsu
Tinta Angkara
Negeri Saba, 12 Maret 2019
010
PELUH
pada gelap malam
sabtu ini kutenggelam
engkau masih terdiam
menungguku lelap dalam-dalam
engkau melayang-layang
mata indahmu memandang
aku yang terbuang
biarkanku berjuang
sendiri
dalam mimpi
begitu kejam tersaji
oleh hati yang membenci
semakin tersesat jauh
hingga jiwa pun jenuh
indahmu membunuh
merajam melalui peluh
yang merah
penuh amarah
sekali lagi aku mati
sementara kau menikmati
Tinta Angkara
Negeri Saba, 3 April 2019