Angin yang Kupanggil Kekasih
Terkadang engkau diam bagai udara
Menjerat tanpa selembar kata
Hingga tiba saat kuhirup kamu
Sepucuk angin menghela nafasku
Ingatlah dunia dalam sunyi
Sebelum sinarnya hangatkan hati
Kau dan aku terpisahkan elegi
Tercipta oleh rindu yang terhenti
Enggan memberi rasa
Akankah kembali satu masa
Jejakmu menghampiri
Menikamku sekali lagi
Siapakah engkau kini
Masihkah tubuhmu hangatkan imaji
Ketika sepi menemani
Tetap saja kau bersikeras … mati
—Tinta Angkara
Negeri Saba, 2 Juni 2019